Selamat Datang di Blog Ikatan Keluarga Alumni Pondok Pesantren Modern Al-Syaikh Abdul Wahid (IKPS), Kerja Smart dan Ikhlas Lillahita'aala.

Pelantikan Pengurus IKPS Periode 2018-2021 M

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Efektivitas Pasar dan Organisasi Eksternal di Kampus

IKPS | Oktober 27, 2018 | 0 komentar


La Ode Chsunul Huluk, M.Sos*

Jika kita memandang lembaga pendidikan dari sudut pandang efektivitas dan efesiensi pasar, maka kita cukup sulit menolak wujud dari relasi bisnis hadir di sebuah instansi pendidikan. Apa wujud dari relasi bisnis itu? Ekonomi media melihat komodifikasi yang diinterpretasi sebagai pemanfaatan barang dan jasa terhadap kegunaannya. Sederhana kita menyebutnya, ada nilai guna dan nilai tukar. Artinya, pusat jajanan di sebuah lembaga pendidikan dapat dipahami sebagai hasil dari proses negosiasi komodifikasi yang terjadi di ruang kepala lembaga.

Kantin, warung photocopy, jasa parkir kendaraan, dan sebagainya adalah anak dari ketajaman pikiran ekonomi politik dalam memahami pangsa pasar dimana sesuatu akan berguna ketika mempunyai nilai tukar. Konsep dari ini selain komodifikasi, ada spasialisasi (Vincent Mosco). Jika kita melihat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai lembaga pendidikan, secara horizontal, kampus segera melihat keuntungan bahwa menciptakan koperasi di kampus selain memudahkan civitas akademika juga karena ada keuntungan pasar di sana. Sehingga, jelas bahwa pusat jajanan lain selain koperasi yang secara horizontal milik kampus, adalah bentuk tawaran kerjasama antara kampus dengan kelompok tertentu.

Masuknya jasa parkir kendaraan, kelompok pedagang, atau aktivitas bisnis ke dalam kampus secara legal tentu sangat menguntungkan. Kafe Cangkir dibangun untuk memberikan ruang pasar. Oleh nalar mahasiswa, ruang bisnis seperti ini dengan cepat dipahami bahwa orientasinya adalah profit. Selain kebutuhan ekonomi, kampus UIN Jakarta secara akademis meniscayakan mahasiswanya untuk berekspresi dan mengeksplorasi potensi mereka. Melalui Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) sangat menegaskan bahawa UIN Jakarta tidak hanya mengakomodir kepentingan bisnis saja. Di sini, kampus juga menyediakan wadah bagi mahasiswa berorganisasi secara prospektif.

UKM merupakan organisasi internal kampus yang mana segala konsekuensi dari aktivitas mereka ditanggung oleh kampus itu sendiri. Berbeda dengan organisasi eksternal kampus. Organisasi primordial ataupun organisasi pergerakan di luar kampus tentu terus membayang-bayangi mahasiswa. Mengapa? Organisasi primordial atau kedaerahan sangat dibutuhkan oleh mahasiswa khususnya dari luar daerah. Sejalan dengan oraganisasi pergerakan atau kita sebut HMI, PMII, dan IMM, juga dianggap sebagai komoditas penting bagi sejumlah mahasiswa untuk memenuhi hasrat mengembangkan dirinya.

Kedua oraganisasi yang bersifat eksternal tersebut memang relatif jauh dari ranah untung rugi bisnis. Meski demikian, tidak sedikit mahasiswa mengamini kehadiran organisasi eksternal dalam hal ini organisasi primordial (KMSU, Ikami Sulsel, Hippmib Buton, dll) maupun organisasi pergerakan (HMI, PMII, IMM, dll) untuk hadir di tengah-tengah mereka. Jika terjadi kecurigaan atau semacam penolakan oleh peraturan rektor/kampus terhadap organisasi eksternal untuk beraktivitas secara politik, tentu sikap itu bisa dinilai wajar.

Dalam situasi seperti ini, lagi-lagi kita perlu melihat sejarah dan fungsi organisasi eksternal di dalam kampus. Kader organisasi HMI, PMII, IMM, dll dapat berkembang secara masif bahkan aktivitasnya menembus ruang terkecil dan terbesar dalam kampus disebabkan etika komunikasi yang dibangun dengan sangat baik. Memahami konsep komunikasi organisasi secara komprehensif akan membantu kader organisasi dalam menjaga keseimbangan gerak sehingga isu-isu yang dapat diselesaikan secara bermartabat tidak perlu diolah berlebihan. Kita saksikan beberapa kali dalam perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) organisasi eksternal kampus selalu dijamu dengan baik hingga disediakan gedung terbaik oleh sebuah lembaga.

Ijab kabul peminjaman gedung untuk kegiatan organisasi eksternal hingga saat ini terlihat aman-aman saja selama maharnya cocok. Namun perlu juga disadari bahwa yang ditawarkan HMI, PMII, IMM, dll di kampus, bukan semata untuk kebutuhan perut saja akan tetapi orientasinya untuk menjaga keseimbangan berpikir atau sebut saja untuk kebutuhan rasio (pikiran). Sehingga, jika ada kecurigaan-kecurigaan yang tidak berasas terhadap organisasi, tentu akan ditentang habis-habisan oleh kader organisasi tersebut.

Materi kuliah banyak mengajarkan bahwa jualan roti dan jualan buku orientasinya berbeda. Namun akan menjadi sama jika buku yang dijual tidak lagi mementingkan kualitasnya. Secara ideal, HMI, PMII, IMM, dll tentu melihat tujuan utama jualan buku adalah untuk kekenyangan otak, bukan perut. Jika kampus tidak butuh organisasi eksternal sehingga dilarang beraktivitas secara politik di kampus, bagaimana mungkin menolak hasrat mahasiswa yang membutuhkan organisasi eksternal. Jika kampus memprioritaskan keinginan mahasiswa layaknya mahasiswa difasilitasi dengan baik oleh kampus, maka aturan rektor yang sudah final tentu harus ditaati.

*Alumni Pondok Pesantren Modern Al-Syaikh Abdul Wahid(Alumni El-Fata, 2008). Saat ini berprofesi sebagai Staff Ahli di DPD RI. 

Category:

About GalleryBloggerTemplates.com:
GalleryBloggerTemplates.com is Free Blogger Templates Gallery. We provide Blogger templates for free. You can find about tutorials, blogger hacks, SEO optimization, tips and tricks here!

0 komentar